. Sejarah TCP/IP
Sejarah TCP/IP dimulainya
dari lahirnya ARPANET yaitu jaringan paket switching
digital yang didanai oleh DARPA (Defence Advanced Research Projects
Agency) pada tahun 1969.
Sementara itu ARPANET
terus bertambah besar sehingga protokol yang digunakan pada
waktu itu tidak mampu lagi menampung jumlah node yang semakin banyak. Oleh
karena itu DARPA mendanai pembuatan protokol komunikasi yang lebih umum, yakni
TCP/IP. Ia diadopsi menjadi standard ARPANET pada tahun 1983.
Untuk memudahkan proses
konversi, DARPA juga mendanai suatu
proyek yang mengimplementasikan protokol ini ke
dalam BSD UNIX,
sehingga dimulailah perkawinan
antara UNIX dan TCP/IP.
Pada awalnya internet digunakan
untuk menunjukan jaringan yang menggunakan internet protocol (IP) tapi dengan
semakin berkembangnya jaringan, istilah ini sekarang sudah berupa istilah
generik yang digunakan untuk semua kelas jaringan. Internet digunakan untuk
menunjuk pada komunitas jaringan komputer worldwide yang saling dihubungkan
dengan protokol TCP/IP.
Perkembangan TCP/IP yang
diterima luas dan praktis menjadi
standar defacto jaringan
komputer berkaitan dengan ciri-ciri
yang terdapat pada protokol itu
sendiri yang merupakan
keunggulun dari TCP/IP, yaitu
:
• Perkembangan
protokol TCP/IP menggunakan standar protokol terbuka, sehingga tersedia
secara luas. Semua orang bisa mengembangkan perangkat lunak untuk dapat
berkomunikasi menggunakan protokol ini. Hal ini membuatpemakaian TCP/IP
meluas dengan sangat
cepat, terutama dari
sisi pengadopsian oleh berbagai sistem operasi dan aplikasi
jaringan.
• Tidak tergantung
pada perangkat keras
atau sistem operasi
jaringan tertentu,sehingga TCP/IP cocok untuk menyatukan bermacam
macam network, misalnya Ethernet, token ring, dial-up line, X-25 net dan lain
lain.
• Cara pengalamatan
bersifat unik dalam
skala global, memungkinkan
komputer dapat mengidentifikasi secara unik komputer yang lain dalam seluruh
jaringan, walaupun jaringannya
sebesar jaringan worldwide
Internet. Setiap komputer yang
tersambung dengan jaringan TCP/IP (Internet) akan memiliki address yang hanya
dimiliki olehnya.
• TCP/IP memiliki
fasilitas routing dan
jenis-jenis layanan lainnya yang memungkinkan diterapkan pada
internetwork.
Arsitektur
dan Protokol Jaringan TCP/IP
Dalam arsitektur jaringan
komputer, terdapat suatu lapisan-lapisan (layer) yang memiliki tugas spesifik
serta memiliki protokol tersendiri. ISO
(International Standard Organization) telah mengeluarkan suatu standard
untuk arsitektur jaringan komputer
yang dikenal dengan
nama Open System Interconnection ( OSI ). Standard ini
terdiri dari 7 lapisan protokol yang
menjalankan fungsi komunikasi antara 2 komputer
Walaupun jumlahnya berbeda,
namun semua fungsi dari
lapisan-lapisan arsitektur OSI telah
tercakup oleh arsitektur TCP/IP.
Adapun rincian fungsi
masingmasing layer arsitektur TCP/IP adalah
sbb :
• Physical
Layer (lapisan fisik) merupakan lapisan terbawah yang mendefinisikan
besaran fisik seperti media komunikasi,tegangan, arus, dsb. Lapisan ini dapat
bervariasi bergantung pada media komunikasi pada jaringan yang bersangkutan.
TCP/IP bersifat fleksibel sehingga dapat mengintegralkan berbagai jaringan
dengan media fisik yang berbeda-beda.
• Network
Access Layer mempunyai fungsi yang mirip dengan Data Link layer pada OSI. Lapisan ini
mengatur penyaluran data frame-frame data pada media fisik yang digunakan
secara handal. Lapisan ini biasanya memberikan servis untuk deteksi dan koreksi
kesalahan dari data yang ditransmisikan. Beberapa contoh protokol yang
digunakan pada lapisan ini adalah
X.25 jaringan publik,
Ethernet untuk jaringan
Etehernet, AX.25 untuk jaringan Paket Radio dsb.
• Internet
Layer mendefinisikan bagaimana
hubungan dapat terjadi antara dua pihak yang berada pada jaringan yangberbeda
seperti Network Layer pada OSI. Pada jaringan Internet yang terdiri atas
puluhan juta host dan ratusan ribu jaringan lokal, lapisan ini
bertugas untuk menjamin
agar suatu paket
yang dikirimkan dapat menemukan tujuannya dimana pun berada.
Oleh karena itu, lapisan ini memiliki peranan penting terutama dalam mewujudkan
internetworking yang meliputi wilayah luas (worldwide Internet). Beberapa tugas
penting pada lapisan ini adalah:
o Addressing, yakni
melengkapi setiap datagram dengan alamat Internet dari tujuan. Alamat
pada protokol inilah
yang dikenal dengan
Internet Protocol Address ( IP
Address). Karena pengalamatan (addressing) pada jaringan TCP/IP berada pada
level ini (software), maka jaringan TCP/IP independen dari jenis media dan
komputer yang digunakan.
o Routing, yakni menentukan ke
mana datagram akan dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi ini
merupakan fungsi terpenting dari Internet Protocol (IP). Sebagai
protokol yang bersifat connectionless, proses
routing sepenuhnya ditentukan oleh jaringan. Pengirim tidak memiliki
kendali terhadap paket yang dikirimkannya untuk
bisa mencapai tujuan.
Router-router pada jaringan
TCP/IP lah yang sangat menentukan dalam penyampaian datagram dari penerima ke
tujuan.
• Transport
Layer mendefinisikan cara-cara untuk melakukan pengiriman data antara end
to end host secara handal. Lapisan ini menjamin bahwa informasi yang diterima
pada sisi penerima adalah sama dengan informasi yang dikirimkan pada pengirim.
Untuk itu, lapisan ini memiliki beberapa fungsi penting antara lain :
o Flow Control
Pengiriman data yang telah
dipecah menjadi paket-paket tersebut harus diatur sedemikian rupa agar
pengirim tidak sampai
mengirimkan data dengan
kecepatan yang melebihi
kemampuan penerima dalam
menerima data.
o Error Detection
Pengirim dan penerima juga
melengkapi data dengan sejumlah informasi yang bisa digunakan untuk memeriksa
data yang dikirimkan bebas dari kesalahan. Jikaditemukan kesalahan pada paket
data yang diterima, maka penerima tidak akan menerima data tersebut. Pengirim akan
mengirim ulang paket data yang mengandung kesalahan tadi. Namun hal ini dapat
menimbulkan delay yang cukup berarti.
Pada TCP/IP, protokol yang
dipergunakan adalah Transmission Control Protocol (TCP) atau User Datagram Protocol
( UDP ). TCP dipakai untuk
aplikasi-aplikasi yang membutuhkan keandalan data, sedangkan UDP digunakan
untuk aplikasi yang membutuhkan panjang paket yang pendek dan tidak menuntut
keandalan yang tinggi. TCP memiliki fungsi flow control dan error detection dan
bersifat connection oriented. Sebaliknya pada UDP yang bersifat connectionless
tidak ada mekanisme pemeriksaan data dan flow control, sehingga UDP disebut
juga unreliable protocol. Untuk beberapa hal yang menyangkut efisiensi dan
penyederhanaan, beberapa aplikasi memilih menggunakan UDP sebagai protokol
transport. Contohnya adalah aplikasi database yang hanya bersifat query dan
response, atau aplikasi lain yang sangat sensitif terhadap delay seperti video
conference. Aplikasi seperti ini dapat mentolerir sedikit kesalahan (gambar atau suara masih bisa dimengerti),
namun akan tidak nyaman untuk dilihat jika terdapat delay yang cukup berarti.
• Application Layer
merupakan lapisan terakhir
dalam Modul Sistem Jaringan
Komputer arsitektur TCP/IP yang berfungsi mendefinisikan
aplikasi-aplikasi yang dijalankan pada jaringan. Karena itu, terdapat banyak
protokol pada lapisan
ini, sesuai dengan
banyaknya aplikasi TCP/IP yang
dapat dijalankan. Contohnya adalah SMTP ( Simple Mail Transfer Protocol ) untuk
pengiriman e-mail, FTP (File Transfer Protocol) untuk transfer file, HTTP
(Hyper Text Transfer Protocol) untuk aplikasi web, NNTP (Network News Transfer
Protocol) untuk distribusi news group dan lain-lain. Setiap aplikasi pada
umumnya menggunakan protokol TCP dan IP, sehingga keseluruhan keluarga protokol
ini dinamai dengan TCP/IP.
Pembagian Kelas IP Address
Pengertian
IP address digunakan sebagai
alamat dalam hubungan antar host di internet sehingga merupakan sebuah sistem
komunikasi yang universal karena merupakan metode pengalamatan yang telah diterima
di seluruh dunia. Dengan menentukan IP address berarti kita telah memberikan
identitas yang universal bagi setiap interadce komputer. Jika
suatu komputer memiliki
lebih dari satu interface (misalkan menggunakan dua
ethernet) maka kita harus memberi dua IP address untuk komputer tersebut
masing-masing untuk setiap interfacenya.
Format
Penulisan IP Address
IP address terdiri dari
bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya.
Tiap 8 bit ini disebut
sebagai oktet. Bentuk IP address
dapat dituliskan sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Jadi IP address ini mempunyai
range dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai
11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner
seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan
desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal
dengan “notasi desimal bertitik”.
Setiap bilangan desimal
merupakan nilai dari
satu oktet IP address. Contoh
hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :
Desimal
|
167
|
205
|
206
|
100
|
Biner
|
10100111
|
11001101
|
11001110
|
01100100
|
Format
IP Address
Pembagian
Kelas IP Address
Jumlah IP address yang tersedia
secara teoritis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke
seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian kelas-kelas ini ditujukan
untuk mempermudah alokasi IP Address, baik untuk host/jaringan tertentu atau
untuk keperluan tertentu.
IP Address dapat dipisahkan
menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net
ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan
host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh
host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama.
Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network
number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan
host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu
kelas A, kelas B, kelas C, kelas
D dan kelas E.
Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya
IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung
oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara umum,
kelas D digunakan bagi jaringan
multicast dan kelas
E untuk keprluan
eksperimental. Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian
jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan
kelas ini dilakukan dengan cara berikut :
Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID
8 bit dan panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A
mempunyai range dari 0-127. Jadi pada
kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung sekitar 16 juta host
(255x255x255). IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host
yang sangat besar,
Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte
pertamanya selalu bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16
bit pertama dan 16 bit sisanya
adalah host ID
sehingga kalau
ada komputer
mempunyai IP address 167.205.26.161, network
ID = 167.205 dan host ID =
26.161. Pada. IP address kelas B ini
mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx,
yakni berjumlah 65.255 network
dengan jumlah host tiap network
255 x 255 host atau sekitar 65
ribu host.
IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran
kecil seperti LAN. Tiga bit
pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri dari 24 bit dan
host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network dengan
masing-masing network memiliki 256 host.
IP address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit pertama IP
address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara
224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group
yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah
network ID dan host ID.
IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit
pertama IP address kelas ini
diset 1111 sehingga byte pertamanya
berkisar antara 248-255.
Address
Khusus
Selain address yang
dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis address yang digunakan
untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host. Address
tersebut adalah:
Network
Address.
Address ini digunakan untuk
mengenali suatu network pada jaringan Internet. Misalkan untuk host dengan IP
Address kelas B 167.205.9.35. Tanpa memakai subnet (akan diterangkan kemudian),
network address dari host ini adalah 167.205.0.0. Address ini didapat dengan
membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah
untuk menyederhanakan informasi routing
pada Internet. Router
cukup melihat network address (167.205) untuk menentukan ke router mana datagram
tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan dalam proses pengantaran surat , petugas penyortir pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat
(tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk menentukan jalur mana yang harus
ditempuh surat
tersebut.
Broadcast
Address.
Address ini digunakan untuk mengirim/menerima
informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti
diketahui, setiap datagram IP memiliki header alamat tujuan berupa IP Address dari
host yang akan dituju oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka
hanya host tujuan saja yang memproses datagram tersebut, sedangkan host lain
akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim datagram kepada
seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus membuat
replikasi datagram sebanyak
jumlah host tujuan.
Pemakaian bandwidth akan meningkat
dan beban kerja
host pengirim bertambah, padahal isi
datagramdatagram tersebut sama.
Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host cukup mengirim ke alamat
broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima datagram
tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama harus memiliki
broadcast address yang sama dan address tersebut tidak boleh digunakan sebagai
IP Address untuk host tertentu.
Jadi, sebenarnya setiap host
memiliki 2 address untuk menerima datagram : pertama adalah IP Addressnya yang
bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada network tempat host
tersebut berada.
Broadcast
address diperoleh dengan membuat bit-bit host pada IP
Address menjadi 1. Jadi, untuk
host dengan IP address 167.205.9.35
atau 167.205.240.2, broadcast
addressnya adalah 167.205.255.255
(2 segmen terakhir dari IP Address
tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca
255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi
routing.
Multicast
Address.
Kelas address A, B dan C adalah
address yang digunakan untuk
komunikasi antar
host, yang menggunakan
datagram-datagram unicast.
Artinya, datagram/paket memiliki address tujuan berupa satu host tertentu.
Hanya host yang memiliki IP address sama dengan destination address pada
datagram yang akan menerima
datagram tersebut, sedangkan
host lain akan mengabaikannya. Jika datagram ditujukan untuk seluruh host pada suatu
jaringan, maka field address tujuan ini akan berisi alamat
broadcast dari jaringan yang bersangkutan.
Dari dua mode pengiriman ini (unicast dan broadcast), muncul pula mode ke tiga.
Diperlukan suatu mode khusus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan
beberapa host sekaligus (host group), dengan hanya mengirimkan satu datagram
saja. Namun berbeda dengan mode broadcast, hanya host-host yang tergabung dalam
suatu group saja yang akan menerima datagram ini, sedangkan host lain tidak
akan terpengaruh. Oleh karena itu, dikenalkan konsep
multicast.
Pada konsep ini, setiap group
yang menjalankan aplikasi
bersama mendapatkan satu
multicast address.
Untuk keperluan
multicast, sejumlah IP
Address dialokasikan
sebagaI multicast address. Jika
struktur IP Address mengikuti bentuk
1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
(bentuk decimal 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255), maka
IP Address merupakan
multicast address. Alokasi ini ditujukan untuk keperluan group, bukan
untuk host seperti pada kelas A, B dan C. Anggota group adalah host-host
yang ingin
bergabung dalam group
tersebut. Anggota ini juga tidak terbatas pada jaringan di satu subnet,
namun bisa mencapai seluruh dunia. Karena menyerupai suatu backbone, maka jaringan
muticast ini dikenal pula sebagai Multicast
Backbone (Mbone).
Aturan
Dasar Pemilihan network ID dan host ID
Berikut adalah aturan-aturan
dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang digunakan :
• Network
ID tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 secara default
digunakan sebagai alamat loopback yakni IP address yang digunakan oleh suatu
komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.
• Network
ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255
Network ID atau host ID 255
akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili
seluruh jaringan.
• Network
ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0
diartikan sebagai alamat network. Alamat network digunakan untuk menunjuk
suatu jaringan bukan suatu host.
• Host
ID harus unik dalam suatu network.
Dalam suatu network tidak boleh
ada dua host yang memiliki host ID yang sama.
Subnetting
Untuk beberapa alasan yang
menyangkut efisiensi IP Address, mengatasi masalah topologi
network dan organisasi, network administrator
biasanya melakukan subnetting. Esensi dari subnetting adalah “memindahkan”
garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address.
Beberapa bit dari bagian host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian
network. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork.
Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah
maksimum host yang ada dalam
tiap network tersebut.
Subnetting juga dilakukan untuk
mengatasi perbedaan hardware dan media fisik
yang digunakan dalam
suatu network. Router
IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan
media fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network
yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang Network Administrator dapat mendelegasikan
pengaturan host address seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada
setiap departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network.
Suatu subnet
didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnet mask ) kepada IP Address.
Struktur subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit
yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address yang “ditutupi” (masking)
oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan
sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan masking (on),
sedangkan bit 0 tidak aktif (off ).
Perhitungan
Subnetting
Penghitungan subnetting bisa
dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang
lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar
di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan
Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya
adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa
ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask
255.255.255.0 , /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask
diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut
dengan CIDR (Classless Inter-Domain
Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Subnetmask
yang digunakan untuk subnetting mulai /9 sampai /30.
Subnetting pada IP Address
Class C
Contoh kasus, Subnetting
seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa:
192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti
11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
Seperti sudah disebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan
berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat
host dan broadcast yang valid. Jadi dapat diselesaikan dengan urutan seperti
itu:
1. Jumlah
Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada
oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet
terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah
Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah
kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi
jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3. Blok
Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet
berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Penentuan
Alamat Host - Broadcast. Sebagai
catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1
angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host
Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.191
|
Host
Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Subnetting pada IP Address Class
B
Ada 2 bentuk dalam kasus Class
B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting Class B adalah
seperti CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C,
hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti
Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan)
blok subnet “dimainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga
berjalan maju (counter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Berikut terdapat sebuah kasus
untuk kedua teknik subnetting Class B. Dimulai dari yang menggunakan subnetmask
dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti
11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
1. Jumlah
Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2
oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah
Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah
kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah
host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
3. Blok
Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128,
dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Alamat
host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host
Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host
Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Berikutnya kasus satu lagi
untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30.
Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti
11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1. Jumlah
Subnet = 29 = 512 subnet
2. Jumlah
Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
3. Blok
Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat
host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.0.128
|
172.16.1.0
|
...
|
172.16.255.128
|
Host
Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.0.129
|
172.16.1.1
|
...
|
172.16.255.129
|
Host
Terakhir
|
172.16.0.126
|
172.16.0.254
|
172.16.1.126
|
...
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.0.127
|
172.16.0.255
|
172.16.1.127
|
...
|
172.16..255.255
|
Subnetting pada IP Address Class
A
Untuk Class A, konsepnya semua
sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana yang dimainkan pada blok subnet.
Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet
terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian
subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet
mask dari CIDR /9 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network
address 10.0.0.0/16.
Analisa:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1. Jumlah
Subnet = 28 = 256 subnet
2. Jumlah
Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
3. Blok
Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat
host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
10.0.0.0
|
10.1.0.0
|
…
|
10.254.0.0
|
10.255.0.0
|
Host
Pertama
|
10.0.0.1
|
10.1.0.1
|
…
|
10.254.0.1
|
10.255.0.1
|
Host
Terakhir
|
10.0.255.254
|
10.1.255.254
|
…
|
10.254.255.254
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.0.255.255
|
10.1.255.255
|
…
|
10.254.255.255
|
10.255.255.255
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar